" Jangan! Jangan dibuka, itu dilarang buka Zahra, " kata seorang cowok pada anak yang bernama Zahra.
Zahra sedang mencoba membuka sebuah kotak yang dikirim ke rumahnya saat itu. Akan tetapi, diatas kotak itu ditulis DILARANG BUKA!
" Tapi Iel, aku penasaran banget, " kata Zahra pada anak yang bernama Gabriel atau lebih sering disapa Iel.
" Jangan dibuka! Bahaya Zahra, " kata Gabriel.
" Ih, kamu ini kenapa sih Iel? Kenapa kamu larang aku buat buka kotak ini? " tanya Zahra.
" Bukannya gitu Ra, tapi aku takut aja kalo kotak itu berbahaya, " kata Gabriel.
" Tapi ini ada nama pengirimnya, Debo, " kata Zahra.
" Iya, aku tau, tapi kamu kan ga kenal sama anak yang namanya Debo, siapa tau dia mau berniat jahat sama kamu, " kata Gabriel.
" Aku penasaran Iel, " kata Zahra.
" Jangan dibuka Ra, " kata Gabriel.
" Ah, aku tetep bakalan buka, " kata Zahra merobek selotip yang menempel dikotak itu.
Didalam kotak itu hanya berisi sebuah kertas.
" Kertas? " ucap Gabriel dan Zahra serempak.
Zahra membuka kertas itu dan membacanya.
Dear Zahra Damariva,
Hey, nekat juga ya kamu buka kotak ini,
Perkenalkan namaku Andryos Aryanto,
Aku mengagumimu selama ini Zahra,
Mungkin kamu lupa sama aku ya?
Iya, karena kamu sempat amnesia sejak kamu kecil,
nah, setelah kamu buka kertas ini,
didepan gerbang rumah kamu bakal ada beberapa tangkai bunga mawar,
kamu ambil bunga mawar itu satu persatu sampai ujung,
dan kamu akan bertemu denganku..
S
a
l
a
m a n i s
e
l
a
l
u
Debo 'Andryos Aryanto'Zahra menutup kertas itu.
" Apaan isinya? " tanya Gabriel.
" Ikut aku yuk, " ajak Zahra.
" Hmm, " kata Gabriel.
Zahra beranjak dari teras rumahnya bersama Gabriel. Zahra berhenti didepan pintu gerbang. Zahra melihat bunga mawar berjejer disana. Zahra memunguti bunga mawar itu satu persatu. Gabriel membuntuti Zahra dari belakang saat itu.
" Ra, dimana ujung bunga mawar ini? " tanya Gabriel dibelakang Zahra.
" Entahlah, ikutin aku aja, " kata Zahra.
" Iyaiya, " kata Gabriel.
Zahra berhenti disebuah taman bersama Gabriel saat itu. Disana ujung bunga mawar terakhir saat itu. Gabriel cengo, seorang cowok berjalan menghampiri Zahra saat itu.
" Hey, Aku Debo, " kata cowok itu.
" Aku ga kenal sama kamu, " kata Zahra.
" Kalung itu, " kata Debo sambil menunjuk kalung di leher Zahra.
" Kalung DZ ini dikasih sama sahabat kecil aku, " kata Zahra.
" Ini aku punya ZD, " kata Debo.
" Apa? Kalung itu cuma Bobo yang punya, " kata Zahra.
" Iya Rara, aku Bobo, " kata Debo.
" Kacang, kacang, kacang, " kata Gabriel didekat Zahra.
" (menoleh) Eh Iel, daritadi kamu ikutin aku? " tanya Zahra.
" Yaiya lah, kan kamu yang ngajakin, gimana sih, " kata Gabriel kesal.
" Dia siapa? " tanya Debo sambil menunjuk Gabriel.
" Dia Gabriel, pacar aku, " kata Zahra.
Syyuuutt!
Seperti ada panah yang menusuk dada Debo saat itu. Sakit dirasakannya saat itu.
" Jadi dia pacar kamu Ra? " tanya Debo.
" Iya, jadi kamu beneran Bobo? " tanya Zahra.
" Iya aku Bobo, niatku nyuruh kamu kesini karena aku mau bilang, aku suka sama kamu Ra, tapi semuanya sia-sia, " kata Debo menunduk.
" Apa? Tapi Bo, aku cuma anggap kamu sebagai sahabat, aku ga bisa lebih dari itu, " kata Zahra.
" Denger tuh, Zahra itu milik aku dan kamu cuma sahabatnya Zahra, " kata Gabriel.
" Semoga langgeng aja ya, Ra, aku tetep sahabat kamu kan? " kata Debo.
" Iya Bobo, you are my best friend forever, " kata Zahra.
" Kamu juga sahabatku kok, " kata Gabriel pada Debo.
" Thanks ya Ra, Iel, " kata Debo.
" Sama-sama, " kata Gabriel dan Zahra serempak.
" Aku pergi ya, " kata Debo.
" Kemana? Kamu ga boleh pergi, " kata Zahra.
" Pergi ke tempat yang jauh banget diatas sana, aku pergi ya, selamat tinggal, " kata Debo.
Bruukkkkk...
Debo langsung jatuh saat itu dan tak sadarkan diri.
" Deb, Debo, kamu kenapa? " tanya Gabriel sambil menggoyangkan tubuh Debo.
" Bobo, Bangun Bobo, " kata Zahra.
" Kita bawa ke rumah sakit Ra, " kata Gabriel.
Zahra mengangguk.
Gabriel dan Zahra sibuk mondar mandir didepan pintu ruang UGD saat itu.
" Debo kenapa sih Ra? " tanya Gabriel.
" Aku ga tau, aku ga pernah tau kalo dia punya penyakit, " kata Zahra.
" Hmm, " kata Gabriel.
10menit kemudian dokter keluar dari ruangan saat itu.
" Kalian siapanya pasien? " tanya Dokter.
" Saya pacarnya, " kata Zahra.
" What? Gila aja, " kata Gabriel kesal.
" Sst, diem, " kata Zahra.
" Jadi gini, penyakit leukimia yang diderita pasien sudah mencapai stadium akhir, dan pasien sudah tidak bisa kami selamatkan lagi, " kata Dokter itu.
" Bobo meninggal? " tanya Zahra.
" Jadi dia meninggal Dok? " tanya Gabriel.
" Iya, saya permisi, " kata Dokter itu.
" Gak! Bobo ga mungkin meninggal, Bobooo, " panggil Zahra.
Tangis Zahra pecah saat itu. Sahabatnya meninggalkannya secepat itu disaat ingatannya mulai pulih.
Dipemakaman--
Zahra terus-terusan menangis sambil memegang nisan bertuliskan 'Andryos Aryanto'.
" Bobo, kenapa kamu ninggalin aku?
Kenapa Bobo?
Kenapa kamu ga bilang kalo kamu sakit?
Kalo aku tau kan aku bisa bahagiain kamu disisa hidup kamu Bobo,
Bobo jahat sama Rara!
Bobo tega ninggalin Rara! " kata Zahra memukul-mukul Nisan Debo.
" Ra, udah kamu jangan sedih, Bobo ga jahat kok sama kamu, tapi ini takdir Ra, ikhlasin kepergian Bobo, " kata Gabriel menenangkan Zahra.
" Tapi Bobo jahat Iel, dia tega, " kata Zahra.
" Ini bukan salah Bobo, ini takdir, setiap manusia pasti akan mati, " kata Gabriel.
" Selamat tinggal Bobo, " kata Zahra mengelus nisan Debo.
" Sekarang kita pulang, " kata Gabriel.
" Iya, " kata Zahra.
Hari-hari dilalui Zahra bersama Gabriel tanpa kehadiran Debo disisinya. Zahra begitu nyaman dengan adanya Gabriel. Zahra berharap Gabriel tak akan meninggalkannya seperti Debo.
The END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar